Novel Walk on Memories bermula ketika Asha baru sekadar mendapat kepercayaan dari Mas Ethan, CEO sekaligus principal architect dalam SKY Project, untuk mewakili perusahaan mengikuti proyek tender terbatas Revitalisasi Kota Tua. Tender yang menurut Mas Ethan amat sangat penting.
Asha sudah menunggu-nunggu momen ini dikarenakan sebagai perwakilan perusahaan, ia akan sanggup menunjukkan kemampuannya pada Salman, arsitek dari kantor saingan, CBX Design, yang digunakan juga mengikuti tender lalu pernah meremehkannya.
Sayangnya, Asha harus ber-partner dengan Aaron untuk pengerjaan proyek itu. Lelaki yang dimaksud doyan ngambek, kekanak-kanakan, lalu manusia player yang pernah dipergoki Asha pada dalam bilik toilet tak terpakai dengan pribadi perempuan.
Aaron sendiri juga tak menyukai Asha. Perempuan yang digunakan dinilainya arogan kemudian miliki tatapan mengintimidasi. Baru pada tahap brainstorming sekadar merek berdua sudah saling menjatuhkan ide masing-masing.
Namun, demi proyek penting ini mereka berdua akhirnya berusaha bekerja sama. Kekakuan di dalam antara keduanya perlahan-lahan juga mencair.
Bahkan Asha akhirnya bisa saja terbuka pada Aaron, tentang rahasia besar keluarganya. Tentang prinsip mama Asha, yang ternyata berbalik menghantam sang mama, dan juga semua itu berhubungan dengan Salman.
Mama selalu mengajarkan kalau perempuan harus punya biaya diri tinggi. Perempuan baik tiada akan mengambil milik orang lain dan juga perempuan baik-baik tidak ada akan membiarkan dirinya jadi orang ketiga, apa pun alasannya. (hlm 116)
Aaron jadi mengetahui mengapa Asha begitu terobsesi pada Salman. Di sisi lain, Aaron mulai menyukai Asha kemudian selalu cemburu setiap gadis itu selalu membicarakan Salman.
Sampai suatu kali di dalam tengah tenggat pengumpulan desain, Aaron melakukan sesuatu pada Asha, yang mana memproduksi gadis itu syok serta menyebabkan lelaki itu diskorsing Mas Ethan.
Novel ini menyuguhkan kehidupan kaum urban yang mana kental nuansa metropopnya. Jika di tempat kata pengantar penulis berkata bahwa ini kali pertama menulis novel untuk segmen pembaca dewasa, saya pikir beliau sudah cukup berhasil. Porsi ‘dewasa’nya pas. Tidak kebablasan atau malah masuk ‘jurang’ lalu emosi antar tokoh dieksekusi dengan baik.
Konflik utamanya menarik, dengan mengangkat tema arsitektur lalu tentu sekadar digarap dengan sangat piawai sebab penulis adalah lulusan Teknik Arsitektur. Konflik pendampingnya, tentang hambatan keluarga Asha, konflik persaingan perusahaan yang mana melibatkan para bos, mengambil porsi kecil tapi cukup untuk menghasilkan alur cerita menjadi beragam.
Ending cerita lumayan mengejutkan tapi berakhir sangat manis dan juga sepertinya bisa jadi dibuat sekuelnya, sebab kisah cinta antara dua tokoh utamanya, yang dimaksud baru belaka dimulai, masih mampu dibuatkan novel tersendiri. Ya, semoga belaka terwujud.
Cek berita juga artikel lainnya di REDAKSI17.COM