Jakarta,REDAKSI17.COM – Kampanye kebijakan pemerintah akhirnya resmi dimulai hari ini, Selasa (28/11/2023). Aksi itu digadang akan datang menjadi akselerasi positif bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi nasional serta menguntungkan beberapa sektor yang digunakan hal itu terlibat.
Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) David Sutyanto, meyakini perekonomian akan bertumbuh kemudian bergerak positif selama proses pemilihan umum legislatif lalu pemilihan presiden (pilpres). Alasannya, efek dari besarnya anggaran pemilihan umum yang mana mencapai Rp109,1 triliun.
Sebagai informasi, pemilihan umum pada 2024 mendatang akan diselenggarakan secara serentak meliputi pemilihan presiden(pilpres), pemilihan legislatif (pileg), serta pemilihan kepala daerah (pilkada).
Emiten retail, konsumer, lalu media biasanya akan mendapatkan berkah di area dalam akhir tahun ini, selain akibat ada kampanye politik, banyak emiten itu mendapatkan gairah dari seasonality natal kemudian tahun baru (nataru).
Sektor Retail & Konsumsi Dapat Berkah Kampanye
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menyatakan optimisme sektor retail akhir tahun ini lantaran sebagian indikator sektor ekonomi yang tersebut dimaksud positif serta pesta demokrasi yang digunakan berjalan ini akan meningkatkan konsumsi masyarakat.
“Pertumbuhan ritel saat ini kita masih ada optimisme, berkaitan sepanjang tahun ini kita ketahui inflasi terjaga, patokan-nya pada tempat inflasi bulan Oktober kemarin 2,56%, kita punya indeks transaksi jual beli riil, indeks kepercayaan konsumen masih terjaga dengan baik” Ungkap Roy kepada CNBC Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan inflasi secara tahunan (yoy) per Oktober 2023 masih terjaga di tempat area 2,56%. Nilai yang dimaksud disebut sudah terjaga dalam rentang target Bank Indonesia (BI) dalam tempat 2% – 4%.
Indikator sektor ekonomi lain yang digunakan menunjukkan optimisme konsumsi masih terjaga dengan baik juga terlihat dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tersebut digunakan nilainya masih dalam atas 100. Menurut data survei pelanggan eceran Bank Indonesia (BI) per Oktober 2023, nilai IKK tetap terjaga di tempat area 124,3. Angka itu bahkan naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 121,7, serta masih terjaga dalam tren penguatan.
Lebih lanjut, Roy menjelaskan bahwa pesta demokrasi atau kampanye urusan kebijakan pemerintah yang digunakan akan dimulai pada 28 November 2023 mendatang akan menggenjot ekstra konsumsi. Dimana, konsumsi tak belaka hanya dari rumah tangga melainkan juga dari pemerintah.
Pesta demokrasi diyakini sanggup jadi memberikan peningkatan pada permintaan konsumsi seperti pada makanan, minuman, seragam, juga juga lain-lain. Apalagi, konsumsi rumah tangga ini berkontribusi tambahan dari 50% terhadap komoditas domestik bruto (PDB) Tanah Air.
Porsi konsumsi rumah tangga yang mana digunakan besar serta prospek-nya yang dimaksud dimaksud akan meningkat dalam akhir tahun terutama menjauhi pemilihan umum ini juga semakin tercermin pada pertumbuhan laba beberapa emiten konsumer berikut yang digunakan yang selalu mencatatkan peningkatan pendapatan pada setiap tahun politik, mulai dari pilpres 2009,2014, kemudian 2019.
Dari grafik di area tempat atas terlihat, ada tiga emiten yang mana dimaksud selalu mencatatkan peningkatan pendapatan pada tiga kali pilpres lalu yakni PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan juga juga PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Sementara PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatatkan peningkatan pendapatan untuk dua tahun pilpres terakhir, sedangkan pada 2009 malah susut sekitar -4,27% secara tahunan (yoy) menjadi Rp37,14 triliun.
Sementara itu, untuk sektor retail ada beberapa emiten yang digunakan hal itu mampu hanya dilirik dengan prospek adanya peningkatan pendapatan pada dalam kuartal IV tahun ini. CNBC Indonesia Research melakukan olah data pendapatan secara agregat terhadap empat emiten yaitu PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), juga PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA).
Dari hasil perhitungan, kami menemukan pendapatan agregat emiten retail selalu meningkat tiap akhir tahun yakni dari kuartal III ke kuartal IV tiap tahunnya. Seperti terlihat pada grafik berikut sejak 2018 – 2022, pendapatan retail selalu meningkat, bahkan 2020 yang digunakan terdampak Covid-19, pada akhir tahun pendapatan masih melonjak.
Prospek Emiten Media dalam Musim Kampanye
Selanjutnya akan ada sektor media yang akan diuntungkan dari gelaran kampanye mendekati pemilu. hal ini lantaran perannya yang dimaksud yang disebut tak lepas sebagai sumber informasi kemudian sarana komunikasi bagi para kandidat partai urusan kebijakan pemerintah kemudian masyarakat.
Biasanya emiten media akan diperlukan untuk pencitraan para calon pemimpin. Dengan begitu, ekspektasi pendapatan dari iklan kesempatan sanggup hanya meningkat dibandingkan hari biasanya.
Menilai dari sisi pendapatan terlebih dahulu, ada dua emiten media yang digunakan akan diulas yakni PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Dalam tiga kali pilpres ke belakang dari dua emiten tersebut, MNCN menjadi emiten media yang digunakan digunakan selalu mencetak peningkatan laba, sementara SCMA pada 2009 pendapatannya sempat menyusut -6,38% secara tahunan (yoy) tetapi dua kali pilpres setelahnya pendapatan terpantau meningkat.
Kendati pendapatan meningkat, tetapi tak selalu berdampak positif pada bottom line. Dari grafik berikut terlihat bahwa semata-mata sekali MNCN yang mencatatkan peningkatan laba inline dengan pendapatan, sementara SCMA cuma sekali terjadi peningkatan pada pemilihan umum 2009 juga 2014, sedangkan pada pemilihan umum 2019 malah mencatatkan penyusutan laba sebesar -28,75% yoy menjadi Rp1,05 triliun.
Sektor lain yang digunakan dimaksud sanggup mendapat berkah kampanye adalah telekomunikasi. Penggunaan data lalu traffic diperkirakan meningkat selama kampanye. PT Telkom Indonesia (TLKM), PT XL Axiata (EXCL), kemudian PT Indosat (ISAT) merupakan deretan perusahaan yang mana digunakan akan diuntungkan dari kenaikan traffic tersebut.
Perusahaan rokok juga akan diuntungkan oleh kegiatan kampanye dikarenakan konsumsi diperkirakan naik selama kampanye oleh sebab itu banyaknya acara berkumpul bersama serta kegiatan akbar. Secara historis, konsumsi rokok menjauhi lalu selama kampanye akan naik sebab banyaknya kegiatan berkumpul bersama.
Merujuk data Bea serta Cukai, produksi rokok biasanya melonjak menjauhi kampanye pemilu. Pada musim kampanye 2019 yang digunakan dimaksud berlangsung pada September hingga April, rata-rata produksi rokok mencapai 29,6 miliar batang. Padahal, pada periode September 2017-April 2018 cuma sekali tercatat 24,36 miliar batang.
Kenaikan konsumsi rokok ini akan menguntungkan emiten seperti PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIMM), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Hanjaya Sampoerna Tbk (HMSP), PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), juga PT Indonesia Tobacco Tbk (ITIC).
Saham konsumer sahamnya yang dimaksud digunakan terkait dengan minuman juga akan cukup diuntungkan dari kampanye, diantara ada PT Akasha Wira International Tbk (ADES), PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), PT Ultrajaya Milk Industry Tbk (ULTJ) kemudian PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY)
Secara keseluruhan, sentimen pilpres serta gelaran kampanye yang mana sudah dimulai sanggup semata memberikan peningkatan pada pendapatan yang mana hal itu juga berimplikasi positif ke bottom line atau laba bersih walau tak selalu. Hal itu juga sanggup menjadi katalis positif bagi pergerakan nilai saham yang sanggup dimanfaatkan pelaku pasar untuk mendulang keuntungan.
CNBC INDONESIA RESEARCH