Yogyakarta (07/01/2025)REDAKSI17.COM – Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X di dampingi Sekda DIY dan pimpinan OPD terkait, menerima kunjungan silaturahmi Prof. Bagus Putra Mulyadi dari University of Nottingham, Inggris, di ruang Gadri, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, pada Selasa (07/01). Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai kajian ilmiah terkait sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sumbu imajiner yang menjadi identitas Yogyakarta sebagai topik utama.
”Kita bisa semakin menguatkan bahwa ternyata antara saintis dan filosofis itu sangat kuat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Semua hal khususnya tentang sumbu imajiner, sumbu filosofi yang mungkin bagi sebagian banyak orang. Oh ini kebetulan kah? Ternyata semua terjawab ada saintis di balik itu semua.”
Hal ini, diungkapkan oleh Dian Lakhsmi Pratiwi selaku Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY usai audiensi. Dian menjelaskan bahwa, Sumbu Filosofi menjadi identitas dan menjadi jati diri masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut didukung dengan penelitian-penelitian yang semakin bisa menguatkan dan menegakan identitas Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan demikian, jati diri nasionalisme bangsa Indonesia semakin dikuatkan. Dian berpendapat narasi-narasi tersebut sangatlah penting diinformasikan kepada masyarakat bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta atau Pulau Jawa pada umumnya ternyata menjadi salah satu laboratorium ilmu pengetahuan tentang ilmu bumi modern.
”Data-datanya berasal dari Pulau Jawa khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta,” ungkapnya. Hal ini diperkuat dengan teori–teori dan saintis-saintis modern yang telah banyak dikaji salah satunya oleh Prof. Bagus Putra Mulyadi dari University of Nottingham.
Bagus Mulyadi menyampaikan pada abad ke-18, 19, 20 ketika ilmu bumi pertama kali diciptakan banyak yang belum mengerti bahwa para naturalis pergi ke Pulau Jawa khususnya Yogyakarta. Para naturalis tersebut datang ke Yogyakarta untuk belajar banyak tentang vulkanologi, kronostatigrafi dan antroposen.
“Bahwa aksis antara Merapi, Kraton, dan Laut Selatan merupakan manifestasi geologis yang sangat luar biasa. Ada jalur tektonik yang menjembatani aliran magma dari Laut Selatan ke Gunung Merapi, kemudian ejawantah-nya dalam mitos atau mitologi Jawa itu dikenal sebagai Sumbu Filosofi kosmologis Yogyakarta,” jelasnya.
Bagus mengatakan ada landasan ilmu pengetahuan yang membuat Yogyakarta bisa berbicara banyak perihal masalah mitigasi, bencana alam, perubahan iklim, dan lingkungan hidup. Ia berharap, bahwa masyarakat Yogyakarta bahkan dunia mengerti lebih banyak dan lebih dalam lagi terkait hal tersebut.
Lebih lanjut, Bagus menjelaskan bahwa banyak ilmuwan baik di Yogyakarta maupun di dunia terutama di United Kingdom (UK) tempatnya bekerja, juga sangat banyak yang concern tentang masalah tersebut. Bagus bersyukur, bahwa Sri Sultan sangat peka terhadap hal iptek dan ilmu pengetahuan, juga memiliki spirit yang sama. Dalam kunjunganya Bagus berharap, agar kedepan dapat terjalin kerjasama baik di level ilmu pengetahuan maupun institusional. Bahkan, kerjasama antar negara, Inggris dan Indonesia.
HUMAS PEMDA DIY