Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta menggelar upacara peringatan Hari Pahlawan dan Hari Kesehatan Nasional ke-61 Tahun 2025 yang dipimpin langsung oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo di Lapangan Balai Kota Yogyakarta, Senin (17/11). Pihaknya menekankan dua hal besar yaitu pentingnya menumbuhkan inovasi pada generasi muda serta memperkuat layanan kesehatan primer melalui jejaring Posyandu dan Puskesmas.
Hasto Wardoyo menekankan pentingnya menumbuhkan kreativitas dan inovasi pada generasi muda sebagai pilar utama peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Ia mencontohkan karya siswa SMP yang berhasil mengembangkan ekstrak pengurang bau kaki sebagai sebuah capaian membanggakan. Menurutnya, inovasi semacam ini mencerminkan kualitas SDM yang tidak hanya kreatif, tetapi juga mampu memberikan solusi nyata.
“Hari ini ukuran kemajuan SDM itu ada pada inovasi yang produktif. Meski terlihat sederhana, bagi anak SMP itu sudah luar biasa. Tinggal bagaimana inovasi itu menjadi produktif, karena kualitas SDM kita diukur dari inovasi dan produksinya,” ujarnya.

Upacara peringatan hari pahlawan dan hari kesehatan nasional diikuti pegawai pemkot yogya
Selain mendorong inovasi generasi muda, Hasto Wardoyo juga menekankan pentingnya memperkuat layanan kesehatan primer. Ia menyebut Posyandu sebagai tulang punggung kesehatan masyarakat di tingkat dasar yang harus terus dioptimalkan, selaras dengan tema nasional maupun internasional terkait Primary Health Care.
“Kalau sukses di Primary Health Care, maka kita akan sukses di secondary dan tertiary. Kita punya Posyandu, punya Puskesmas, dan jejaring inilah yang menjadi penopang utama, tulang punggung layanan kesehatan,” jelasnya.
Meski demikian, pihaknya menyebutkan tantangan besar dalam penguasaan data kesehatan masyarakat yang masih belum terintegrasi penuh. Ia mencontohkan praktik di negara Belanda, di mana dokter umum memiliki data lengkap seluruh pasien di wilayahnya secara real-time dalam satu sistem.
“Di sana, dokter mengetahui dengan detail siapa penderita diabetes, TBC, atau hipertensi di wilayahnya. Kita masih tertinggal jauh. Maka saya ingin kita ke arah sana, dimulai dari satu kampung satu tenaga kesehatan,” tegasnya.

Wali Kota Yogyakarta menyerahkan penghargaan kepada Kemantren Kotagede yang menunjukkan kinerja yang baik
Pada kesempatan ini Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo dan Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan menyerahkan sejumlah penghargaan kepada para pemenang dalam berbagai kompetisi yang menyoroti prestasi di bidang pemerintahan, kesehatan, inovasi, dan pendidikan.
Dalam ajang Evaluasi Kemantren Terbaik, Kemantren Kotagede berhasil meraih Juara I dengan total nilai 855, disusul oleh Kemantren Ngampilan dan Kraton, menunjukkan kinerja pemerintahan wilayah yang unggul.
“Mantri Pamong Praja itu kan pamong, bagaimana kalau tidak ngemong warga? Mereka adalah perpanjangan tangan Wali Kota di wilayahnya, hadir di tengah masyarakat,” tegas Hasto.

Di sektor kesehatan, Puskesmas Tegalrejo keluar sebagai Juara I Lomba Kebersihan Puskesmas disusul Puskesmas Mergangsan dan Puskesmas Kotagede 1. Penghargaan juga diberikan kepada para tenaga medis dan tenaga kesehatan teladan di Kota Yogya dengan Has Fran Septedi Budi Setyawati dari Puskesmas Mergangsan meraih juara 1 kategori perawat teladan. Kemudian Arily De Rani dan Imas Setyo Gunawan dari RS Pratama meraih Juara 2 dan 3 kategori Perekam Medis dan Teknisi Elektromedis.
Selain itu, dalam Evaluasi Posyandu Tingkat Kota, Posyandu Sere 12 Demangan dinobatkan sebagai posyandu berprestasi peringkat I sementara Posyandu Asem Kawak 11 Wirobrajan sebagai posyandu inovasi peringkat I. Serta Noor Djati Puspa Wati unggul sebagai kader berprestasi peringkat I dan Desi Maharani sebagai kader inovasi peringkat I.
Di bidang pendidikan dan inovasi, kompetisi Anugerah Inovasi dan Penelitian pada kategori inovasi, SMP IT Abu Bakar Yogyakarta meraih Juara I berkat dengan karya ilmiah Anacerice; Inovasi beras analog berbasis ketela pohon kombinasi oleifera antioksidan upaya pencegahan penyakit jantung sedangkan kategori penelitian dimenangkan oleh SMP Negeri 1 Yogyakarta dengan karya Nuita Green Revolution; Transformasi beras analog superfood berbasis labu, ampas tahu serta daun kelor guna revolusi gizi dan ketahanan pangan nasional.
Terakhir, dalam upaya menyuarakan isu sosial, Lomba Video Edukreatif Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (HAKPTA) dimenangkan oleh Kelompok Three Studio Art dari SMK Negeri 7 Yogyakarta, menunjukkan kesadaran dan kreativitas generasi muda dalam isu penting ini.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo menyerahkan sejumlah penghargaan
Ketua Posyandu Asem Kawak 11, Wajiman mengungkapkan pihaknya berhasil meraih Juara I Inovasi berkat upaya kreatif dalam menghidupkan kembali partisipasi remaja dalam kegiatan sosial dan kesehatan. Ia menjelaskan bahwa inovasi tersebut fokus pada penguatan kegiatan posyandu remaja yang sebelumnya kurang bergairah.
“Inovasi kami terkait pengurangan stunting dan penguatan posyandu remaja. Kemarin posyandu remaja itu kurang greget. Dengan inovasi ini insyaallah semakin semangat,” ujarnya.
Wajiman menambahkan bahwa kegiatan posyandu remaja dirancang hampir serupa dengan posyandu balita dan lansia, namun dikembangkan agar sesuai kebutuhan remaja di wilayahnya. Meski belum ada stimulus khusus seperti PMT untuk balita, program ini disebutnya akan semakin aktif melalui penggabungan kegiatan dalam 6 SPM, yakni integrasi layanan posyandu balita, lansia, remaja, serta kegiatan bidang sosial, pendidikan, kesehatan, dan ketertiban.
“Kesadaran remaja di bidang sosial dan kegiatan lingkungan masih kurang. Dengan penggabungan 6 SPM ini, mudah-mudahan semuanya bisa berjalan,” jelas Wajiman.
Dua siswi, SMP Negeri 1 Yogyakarta Azkadinia Seira Putri Arsyajati dan Aisyah Nur Aini Larasati, berhasil meraih juara 1 kategori penelitian berkat memanfaatkan limbah ampas tahu. Mereka menjelaskan bagaimana ide tersebut bermula dari keinginan memanfaatkan limbah yang sebenarnya memiliki potensi besar namun sering diabaikan.
“Awalnya kami ingin memanfaatkan limbah yang punya manfaat tapi belum dimanfaatkan. Kami menemukan ampas tahu, yang produksinya di Indonesia mencapai 4.000 ton per hari. Bagi lingkungan limbah ini berbahaya, tapi bagi manusia tidak. Setelah diuji dengan Biuret, kandungan proteinnya ternyata sangat tinggi,” ungkap Azkadinia.

SMP N 1 Yogyakarta meraih juara 1 kategori penelitian
Dari hasil studi jurnal dan eksperimen, mereka menemukan bahwa ampas tahu sangat cocok dipadukan dengan labu kuning sebagai sumber makronutrien serta daun kelor sebagai sumber mikronutrien penting.
“Labu kuning mengandung karbohidrat dan serat tinggi, sedangkan daun kelor kaya zat besi, kalsium, dan provitamin A. Kombinasi ini membuat komposisi lebih mudah diserap tubuh,” jelas Aisyah.
Ketiga bahan tersebut dikeringkan, diolah menjadi tepung, kemudian dicetak menjadi beras analog yang dapat dikonsumsi layaknya beras biasa. Mereka berharap inovasi ini kelak bisa diproduksi massal. “Kami tentu berharap bisa diproduksi massal. Ke depan pasti kami kembangkan dari sisi pencetakan, warna, dan proses produksinya,” kata Aisyah.


