Mantrijeron,REDAKSI17.COM – Kampung Ramadan Jogokariyan kembali digelar untuk ke-21 di Masjid Jogokariyan, Sabtu (1/3). Acara ini dibuka dengan penuh semangat dan mendapat apresiasi tinggi dari berbagai pihak, termasuk Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo.
Hasto Wardoyo menyampaikan rasa kagumnya terhadap Masjid Jogokariyan yang telah menjadi contoh nyata dalam mengelola kegiatan Ramadan secara berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Saya akan banyak belajar dari Masjid Jogokariyan. Kami berharap semakin banyak masjid yang dapat meniru dan mengadaptasi berbagai kegiatan positif yang telah diterapkan di sini,” ujarnya.
Pemerintah Kota Yogyakarta juga mengapresiasi langkah Masjid Jogokariyan dalam menjaga lingkungan dengan menggunakan piring sebagai wadah takjil, alih-alih kemasan sekali pakai. Inisiatif ini diharapkan dapat mengurangi volume sampah di Kota Yogyakarta selama bulan Ramadan.
“Sebanyak 3.500 piring digunakan setiap harinya untuk membagikan takjil, ini adalah langkah yang luar biasa. Mari kita bersama-sama menjaga kebersihan dengan tidak meninggalkan selembar sampah pun, baik di lingkungan masjid maupun di jalanan. Dengan begitu, Yogyakarta dapat terus menjadi kota yang bersih, indah, dan tertata rapi,” tambahnya.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo memberikan sambutan pada pembukaan Kampung Ramadan Jogokariyan
Selain aspek kebersihan, Hasto Wardoyo juga menyoroti pentingnya Ramadan sebagai momentum perubahan perilaku. Ia menegaskan bahwa pemerintah turut memperhatikan berbagai upaya yang dilakukan masjid dalam menangani persoalan sosial, seperti kenakalan remaja dan mendorong pemberantasan minuman keras.
“Syiar dakwah di sini sangat luar biasa. Kampung Ramadan Jogokariyan dibangun dengan semangat gotong royong yang kuat, sehingga dakwah dapat berjalan tanpa konflik dan kekerasan. Ini adalah teladan yang luar biasa,” ungkapnya.
Hasto juga menekankan bahwa Masjid Jogokariyan tidak hanya mengajak masyarakat untuk memakmurkan masjid, tetapi juga sebaliknya—masjid yang memakmurkan masyarakat. Model seperti ini menjadi solusi nyata bagi berbagai permasalahan sosial dengan memberdayakan lingkungan sekitar.
Sementara itu, Ketua Panitia Kampung Ramadan Jogokariyan, Haidar Muhammad, menyampaikan bahwa tahun ini Kampung Ramadan menghadirkan berbagai kegiatan istimewa, termasuk buka puasa bersama, pasar sore, serta talkshow inspiratif. “Tahun ini kami menghadirkan 400 pedagang di pasar sore dan menggelar berbagai kegiatan talkshow yang diharapkan dapat menambah wawasan serta mempererat kebersamaan masyarakat selama Ramadan,” ujarnya.
Sebagai bagian dari semangat berbagi, panitia juga menyediakan 3.500 porsi makanan berbuka setiap harinya. Program ini terlaksana berkat kerja sama dengan 27 kelompok masyarakat, dengan setiap porsi memiliki nilai sekitar Rp15.000.
“Siapa pun yang hadir, kami persilakan untuk menikmati hidangan berbuka ini,” tambahnya.
Haidar menegaskan, Kampung Ramadan Jogokariyan bukan hanya tentang berbagi makanan, tetapi juga mengajak masyarakat untuk kembali ke masjid. “Kami ingin mengajak masyarakat Kota Yogyakarta untuk merasakan kembali nuansa Ramadan yang sesungguhnya. Momentum ini harus dimanfaatkan untuk kembali mendekatkan diri ke masjid. Dengan begitu, keberkahan Ramadan akan kembali kepada kita semua,” ungkapnya.
Terkait teknis distribusi makanan, Haidar menjelaskan bahwa jika jumlah pengunjung berkurang misalnya saat turun hujan sehingga masih ada makanan, maka makanan tersebut akan dibagikan kembali setelah salat Tarawih. Selain itu, Kampung Ramadan Jogokariyan juga berkomitmen menjaga kebersihan dengan mengelola sampah makanan dengan baik.
“Sisa makanan atau sampah organik kami kumpulkan, dan biasanya diambil oleh masyarakat sekitar, karena di sini banyak warga yang memiliki ternak. Dengan cara ini, tidak ada makanan yang terbuang sia-sia,” jelasnya.
pembagian takjil
Salah satu pengunjung, Muhammad Aligufron yang baru pertama kali datang ke Kampung Ramadan Jogokariyan mengapresiasi kegiatan yang ada di Masjid Jogokariyan.
“Suasananya benar-benar terasa Ramadan-nya. Pelayanan pembagian takjil sangat rapi dan terorganisir, apalagi jumlahnya sangat banyak,” katanya.
Sementara itu, Merlita Wulansari yang juga pengunjung menilai Masjid Jogokariyan tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga pusat dakwah yang terbuka untuk semua kalangan.
“Masjid ini begitu hidup, bukan hanya untuk umat Islam, tetapi juga bisa dilihat banyak dari berbagai macam kalangan bahkan ada beberapa bule yang ikut meramaikan di masjid ini. Ini sebagai jalan dakwah dalam menyebarkan kebaikan tidak hanya untuk umat muslim tapi untuk semua,” ujarnya.