JETIS,REDAKSI17.COM– Masyarakat Kampung Cokrodiningratan bersama Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo dan jajaran Pemerintah Kota Yogyakarta meluncurkan program pemberdayaan masyarakat Kelurahan Cokrodiningratan Jogja atasi sampah dengan Kampung Maggot Lestari (Permak Jas Kamal). Dalam program itu, masyarakat Cokrodiningratan mengelola sampah organik dengan budidaya maggot. Tidak hanya menghabiskan sampah organik, warga juga mendapat tabungan dari hasil panen maggot.

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengapresiasi inisiasi masyarakat Cokrodiningratan yang menggagas Permak Jas Kamal yang mengelola sampah organik untuk budidaya maggot. Pihaknya berharap kegiatan mengolah sampah organik dengan maggot di Cokrodiningratan dapat disebarkan luaskan dan dicontoh ke wilayah lain.

“Harapan saya ini di-gethoktular-kan ke wilayah lain supaya dicontoh. Jangan hanya di kampung Cokro, tapi mungkin di kampung-kampung yang lain,” kata Hasto saat peluncuran Permak Jas Kamal di Pendopo Kelurahan Cokrodiningratan, Sabtu (27/12/2025).

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menunjukkan maggot hasil budidaya warga Cokrodiningratan yang mengolah sampah organik seperti sisa makanan sebagai pakan maggot.

Hasto menegaskan gerakan Pemkot Yogyakarta bersama masyarakat untuk mengatasi sampah memang menjadi masalah yang serius. Menurutnya karena  Kota Yogyakarta tidak punya tempat atau lahan terbatas untuk mengelola sampah. Berbeda dengan kabupaten lain di DIY. Oleh sebab itu Pemkot Yogyakarta mengucapkan terima kasih dengan gerakan Permak Jas Kamal Cokrodiningratan karena membantu mengelola sampah.

“Kami berterima kasih di Kampung Cokrodiningratan ini sudah digerakkan, bahkan sudah digerakkan ronda sampah. Saya kira ini bagus banget supaya menciptakan suasana yang bersih di lingkungan sini,” paparnya.

Hasto menyatakan mulai Januari 2026, Kota Yogyakarta sudah tidak diberi jatah membawa sampah ke Piyungan. Untuk itu pihaknya mengajak masyarakat mengelola sampah sisa-sisa makanan sehingga tidak ada yang dibawa depo. Sampah sisa makanan atau organik dan daun-daunan dikumpulkan dimasukan ke ember lewat penggerobak dan dijemput oleh off taker sampah organik. “Dengan Permak Jas Kamal mudah-mudahan bersih terus dan menjadi lingkungan yang sehat,” ujar Hasto.

Hasto menyerahkan kotak maggot untuk budidaya maggot kepada warga yang berprestasi dalam menabung sampah organik untuk pakan maggot.

Sementara itu Ketua Kampung Cokrodiningratan Anwar Setyowantono menjelaskan pembesaran maggot di Cokrodiningratan awalnya dari kegiatan Mitra Maggot Dayoku untuk mengatasi sampah organik. Kegiatan dilakukan mulai April dengan membagikan kotak-kotak maggot ke rumah warga dan diikuti sekitar 10 warga ibu-ibu PKK. Hasil panen maggot dibeli dan menjadi tabungan. Kini nasabah bank sampah kelompok Maggot Mitra Dayoku sekitar 47 anggota yang semuanya aktif mengikuti pembesaran maggot. Masyarakat Kampung Cokrodiningratan kini sudah 18 kali panen maggot dengan panen berkisar 3-5 kg tiap warga.

“Jadi dua minggu sekali tebar kemudian panen.Tidak ada jeda sehingga masyarakat rutin mengolah sampah organik secara mandiri. Kelebihan dari pembesaran maggot di sini adalah semua sampah organik yang matang, semua sampah organik yang dari sisa-sisa sayur, itu bisa terurai dengan habis. Biasanya kita kalau membuang sampah harus mengeluarkan uang, tapi ini menghasilkan uang. Ini jadi pemantik, bagi masyarakat Kampung Cokrodiningratan,” terang Anwar.

Dia berharap kegiatan budidaya maggot itu terus menjadi embrio di masyarakat  dan membantu pemerintah untuk mengelola sampah organik. Selain itu ke depan pihaknya akan kerja sama dengan pegadaian agar hasil tabungan panen maggot dikelola menjadi tabungan emas pegadaian. Dalam kesempatan itu juga diberikan apresiasi dan bantuan kotak maggot kepada anggota Maggot Mitra Dayoku yang berprestasi menabung sampah organik.

Salah satu warga Cokrodiningratan yang mengelola sampah organik dengan maggot Nur Fitrilati menyampaikan sekali panen maggot berkisar 1,5-3 kg dari 4 kotak maggot. Dia menyebut dengan budidaya maggot itu dia bisa mengatasi sampah organik antara 1-2 kg/hari. Sampah organik itu berasal dari rumahnya dan tetangga yang tidak memelihara maggot. Harga beli panen maggot sekitar Rp 5.000/kg. Dia sendiri sudah menghasilkan tabungan maggot sekitar Rp 70.000

“Manfaatnya sangat banyak ya. Kebetulan untuk mengatasi sampah organik. Kita sudah sama sekali tidak membuang sampah (organik). Pelihara maggot itu kita mengurangi sampah organik dan mendapat rupiah tabungannya itu bonus,” ucap Fitri.