Home / Ekobis / Was-was Naik! BI Ikut Cek Langsung Harga Beras dan Cabai

Was-was Naik! BI Ikut Cek Langsung Harga Beras dan Cabai

Was-was Naik! BI Ikut Cek Langsung Harga Beras juga Cabai

Jakarta,REDAKSI17.COM – Bank Indonesia mewanti-wanti fenomena El Nino atau cuaca panas ekstrem kemudian kekeringan berkepanjangan masih akan berpotensi menyokong kenaikan harga-harga pangan hingga 2024. Perlu langkah ekstra untuk menjaga stabilitas tarif hingga tahun depan.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Doni Primanto Joewono mengatakan, fenomena itu tentu akan mengganggu produksi pangan di dalam dalam dalam negeri, khususnya beras. Akibatnya inflasi nilai tukar jual pangan bergejolak atau volatile food masih berpotensi tinggi hingga 2024.

“Kita mencermati 2023 2024 masih jadi perhatian. Masih ada bias ke atas pada 2024. Tentunya ini kan permasalahan produksi,” kata Doni saat konferensi pers dalam kantornya, Jakarta, Kamis (21/12/2023).

Untuk mengantisipasi permasalahan itu, Doni mengatakan, BI bersama pemerintah sudah terlibat berpartisipasi dalam Gerakan Nasional (Gernas) Penanganan Dampak El Nino untuk mempercepat proses penyertaan yang digunakan digunakan ditargetkan sebanyak 569.374 hektare dalam tempat 10 provinsi sentra produksi.

“Di 9 Desember realisasinya sudah 96%, sampai 566 ribu hektare. Hasilnya pun tekanan produksi 2023 memang melebihi 2022 turun. Oleh sebab itu memang saya rasa kita cukup optimistis,” tegas Doni.

Ia mengatakan, dari sisi cadangan beras pemerintah atau CBP juga sebetulnya masih relatif aman yakni mencapai 1,32 jt ton. Fungsi CBP biasanya untuk intervensi pasokan, termasuk dalam bentuk pemberian bantuan sosial kepada rakyat yang tersebut mana membutuhkan.

“Oleh sebab itu kami pada BI, GNPIP terus memacu menjamin CBP beras cukup juga juga kerja sejenis antar daerah lalu BI menyokong replikasi lahan padi panen tambahan banyak, termasuk nantinya mengamati hortikultura lain juga komoditas lain,” tutur Doni.

Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman menambahkan, tekanan El Nino itu sebetulnya moderat terhadap inflasi nilai tukar jual pangan bergejolak, namun menjadi memburuk oleh sebab itu kemunculan fenomenanya berkepanjangan. Inflasi Volatile Food per November pun sudah lama tembus 7,59% terpencil dalam dalam atas inflasi umum 2,86%.

Kendati begitu, Aida menekankan, ke depan sebetulnya tekanan inflasi pangan akan bisa saja belaka diantisipasi, khususnya terkait beras. Sebab, pasokan beras sudah mulai terpenuhi dari impor lalu masa tanam komoditas lain seperti beras juga sudah mulai memasuki masa panen tahun depan.

“7,59% ini akibat adanya penundaan musim tanam khususnya cabai kemudian beras. Beras saat ini pemerintah sudah mengadakan impor 3 jt lalu banyak masuk sekitar 2,5 jutaan sudah terjaga,” ucap Aida.

“Lalu sekarang cabai-cabaian ini baru nanti panen sekitar Januari sampai Mei serta harganya akan mengalami penurunan. Tapi paling penting volatile food meskipun gangguan tapi inflasi masih dalam sesuai target pada tahun depan 2,5 plus minus satu persen,” tegasnya.


Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *