Jakarta,REDAKSI17.COM – Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto mempertanyakan kebijakan Anies Baswedan perihal pengurangan polusi, mengingat DKI Jakarta sempat menjadi kota yang menempati posisi paling berpolusi di area tempat dunia padahal mempunyai anggaran puluhan triliun.
“Mas Anies pernah jadi Gubernur 5 tahun dalam tempat DKI, anggaran DKI setahun sekitar Rp 80 triliun, total penduduk DKI 10 juta.. tetapi selama Mas Anies memimpin sering kali DKI menerima indeks polusi tertinggi pada tempat dunia, bagaimana dengan anggaran Rp 80 triliun Pak Anies sebagai Gubernur tidaklah dapat berbuat sesuatu yang mana berarti untuk mengurangi polusi?” cecar Prabowo ke Anies.
Kualitas udara di area area Jakarta tercatat memang pernah menjadi yang dimaksud mana terburuk pada tempat dunia pada era Anies Baswedan yakni 20 Juni 2022. Pada waktu itu, Catatan IQ Air menunjukkan AQI US Jakarta berada pada bilangan 196, yakni kategori kualitas udara bukan ada sehat. Disusul Santiago, Cile, dengan AQI US 180; lalu Dubai, Uni Emirat Arab, dengan AQI US 161.
Sebagai informasi, kualitas udara yang tersebut yang disebut baik berkisar dari 0 hingga 50, kualitas udara sedang berada di tempat tempat rentang 51 – 100, kemudian tambahan dari 101 – 150 sudah dinilai bukan sehat untuk kelompok sensitif tertentu. Kualitas udara tidaklah sehat berada dalam tempat rentang 151 – 200, lebih lanjut besar dari 201 hingga 300 ke atas sudah dianggap sangat tak sehat bahkan berbahaya bagi kesehatan.
Beralih kembali pada debat, menjawab pertanyaan dari Prabowo perihal polusi, Calon Presiden No. Urut 1 Anies Baswedan kembali membeberkan penyebab munculnya polusi udara pada ibu kota DKI Jakarta.
Dia mengatakan, sumber polusi pada ibu kota justru berasal dari luar kota, khususnya lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batubara yang tersebut digunakan menyebabkan udara kotor bergeser ke tengah kota akibat gerakan angin.
“Jadi apa yang dimaksud mana terjadi, kami dalam tempat Jakarta pasang alat pantau polusi udara, bila sumber dari Jakarta, maka hari ini, besok, minggu depan akan konsisten kotor. Tapi yang hal tersebut terjadi, ada saat bersih, ada saat kotor. Ada masa minggu pagi Jagakarsa kotor, polusi udara gak ada KTP, angin gak ada KTP. Angin sana ke dalam lokasi ini ketika polutan PLTU ke Jakarta ada indikator polusi udara, ketika ke Lampung, ke Sumatera ke Laut Jawa yang tersebut gak ada monitor, maka Jakarta bersih,” tuturnya menjawab “serangan” Prabowo, dalam ajang perdana Debat Capres 2024 pada area halaman kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
Selain Anies, beberapa orang menuding PLTU berbasis batubara sebagai penyebab buruknya kualitas udara di dalam area kota Jakarta kemudian sekitarnya. Akan tetapi, fakta berkata lain, penyebab utama polusi udara pada ibu kota berasal dari kendaraan bermotor.
Mengutip paparan Menteri Lingkungan Hidup lalu Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, terkait peningkatan kualitas udara Jabodetabek, yang yang disampaikan pada Rapat Terbatas Kabinet pada Istana Negara, Jakarta Senin (14/8/2023), sektor transportasi merupakan pengguna komponen bakar paling besar pada Jakarta.
Data itu menunjukkan, sektor transportasi berkontribusi sebesar 44% dari pemakaian substansi bakar pada area Jakarta, diikuti industri energi 31%, lalu manufaktur industri 10%, sektor perumahan 14%, lalu juga komersial 1%.
Dari sisi penghasil emisi karbon monoksida (CO) terbesar, disebutkan disumbang dari sektor transportasi sebesar 96,36% atau 28.317 ton per tahun, disusul pembangkit listrik 1,76% atau sebesar 5.252 ton per tahun juga industri 1,25% mencapai 3.738 ton per tahun.
Sepeda motor merupakan menghasilkan beban pencemaran per penumpang paling tinggi jika dibandingkan dengan mobil pribadi bensin, mobil pribadi solar, mobil penumpang, lalu bus. Dengan populasi mencapai 78% dari total kendaraan bermotor pada dalam DKI Jakarta sebanyak 24,5 jt kendaraan, dengan pertumbuhan 1.046.837 sepeda motor per tahun.
Namun dari sisi penghasil emisi Sulfur Dioksida (SO2), sektor industri manufaktur menjadi kontributor utama penghasil emisi SO2 yakni sebesar 2.631 ton per tahun atau sebesar 61,9%. Sedangkan posisi kedua penghasil emisi SO2 terbesar ditempati industri energi yaitu 1.071 ton per tahun atau sebesar 25,17%. Sedangkan kendaraan bermotor semata-mata 11% sebesar 493 ton per tahun.
“Penyebab utama tingginya emisi Sulfur Dioksida di tempat tempat Industri Manufaktur disebabkan penyelenggaraan batu bara yang mana menghasilkan emisi SO2 sebesar 64%,” tulis laporan itu.
Laporan hal itu akhirnya menentang kabar bahwa dugaan polusi udara oleh sebab itu PLTU pada area Suralaya yang mana digunakan berdiri di tempat area Cilegon, Provinsi Banten, akibat pergerakan angin yang tersebut digunakan sebenarnya tidaklah selalu mengarah ke Jakarta.
Karena permasalahan polusi dalam kota Jakarta ini disumbang transportasi, Anies juga menyatakan beberapa solusi mulai dari pengendalian uji emisi kendaraan hingga elektrifikasi serta konversi kendaraan umum.
“Kalau problem dalam kota, maka konsisten tiap waktu kita punya kesulitan polusi, kita lakukan pengendalian dari uji emisi yang digunakan yang sekarang wajib, yang tersebut kedua elektrifikasi kendaraan umum, ketiga konversi kendaraan umum. Jadi itu kita kerjakan sekarang untuk tangani polusi udara Jakarta,” ungkap Anies.
Prabowo sejatinya tidaklah menerima jawaban tersebut. Menurutnya bukan bisa hanya menyalahkan angin dalam persoalan polusi, sebab harusnya pemerintah daerah mengambil langkah mitigasi.
“Ya susah kalau kita menyalahkan angin dari mana saja,” ujar Prabowo.
Atas tanggapan yang dimaksud Anies kemudian menyebut Prabowo fiksi. “Inilah bedanya yang tersebut bicara pakai data kemudian fiksi, saya pakai data,” kata Anies membalas.
CNBC INDONESIA RESEARCH