Gondokusuman,REDAKSI17.COM – Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) resmi mencatatkan kegiatan Penimbangan Sampah Organik Berbasis Bank Sampah yang digelar Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai rekor dunia. Kegiatan ini berhasil melibatkan lebih dari 12.000 peserta yang secara serentak menyetorkan sampah ke 397 titik bank sampah di seluruh wilayah Kota Yogyakarta.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh masyarakat dan pengelola bank sampah yang berpartisipasi dalam kegiatan Penimbangan Sampah Organik Berbasis Bank Sampah yang digelar serentak di seluruh wilayah Kota Yogyakarta, Sabtu (4/10).
“Kalau dapat rekor MURI itu mungkin tidak sulit, tapi mempertahankannya yang berat,” ujar Hasto Wardoyo saat di Kantor DLH Kota Yogyakarta..
Menurutnya, penghargaan MURI ini bukan sekadar simbol prestasi, tetapi menjadi momentum penting dalam rekonstruksi sosial masyarakat. Melalui kegiatan bank sampah, masyarakat diajak mengubah kebiasaan lama dari membuang sampah sembarangan ke sungai atau jalanan menjadi memilah, mengolah, dan menabung sampah yang memiliki nilai ekonomi.
“Hari ini ada sepuluh ribu orang datang serentak ke bank sampah, membawa sampah dari rumah masing-masing. Ada kardus, ada kertas, ada plastik. Inilah tanda bahwa proses rekonstruksi sosial itu sedang berjalan, dan itu harus terus kita kerjakan,” terang Hasto.

Penyerahan piagam rekor muri oleh kepala MURI Semarang kepada Wali Kota Yogya
Hasto Wardoyo menegaskan, pekerjaan besar justru dimulai setelah rekor ini diraih. Tantangan utama ke depan adalah mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat agar memilah sampah menjadi kebiasaan sehari-hari.
“Kalau di tempat lain, dapat rekor MURI dianggap sudah puncaknya. Tapi bagi saya, justru setelah ini kita harus bekerja lebih keras. Malu rasanya kalau sudah dapat rekor, tapi sampah di lapangan masih menumpuk,” tegasnya.
Selain berbicara soal perubahan perilaku, Hasto juga menyoroti pentingnya kebersihan lingkungan dan pemilahan sampah dari rumah. Ia mengingatkan masyarakat agar sampah organik dan anorganik tidak tercampur, serta mengajak untuk mencuci plastik bekas makanan sebelum disetorkan ke bank sampah agar tetap bernilai ekonomi.
Dengan jumlah 701 bank sampah aktif di Kota Yogyakarta, Hasto optimistis gerakan ini akan terus berkembang dan mampu mengurangi volume sampah yang dibuang ke depo.
“Dengan memilah, sampah bisa menjadi berkah, bukan musibah,” tegas Hasto.
Sementara itu Kepala MURI Semarang, Ari Andriani, menyampaikan bahwa rekor ini menjadi sejarah baru karena belum pernah ada sebelumnya penyetoran sampah anorganik dalam jumlah peserta sebesar ini.
“Berdasarkan data yang kami miliki, untuk kategori penyetoran sampah langsung ke bank sampah seperti ini memang belum pernah ada. Biasanya rekor yang tercatat adalah pengolahan sampah setelah didaur ulang menjadi barang yang bisa digunakan kembali. Tapi untuk penyetoran langsung, ini yang pertama kalinya,” ujar Ari Andriani.

Pemantauan penimbangan sampah anorganik melalui zoom meeting
Ia mengungkapkan awalnya kegiatan ini diusulkan dengan target 10.000 peserta dan 200 titik lokasi. Namun, hasil verifikasi menunjukkan antusiasme masyarakat yang jauh lebih tinggi, dengan 397 titik partisipasi aktif dan jumlah peserta mencapai lebih dari 12 ribu peserta.
“Penilaian kami bersifat superlatif, yakni berdasarkan jumlah peserta terbanyak yang menyetorkan sampah. Jadi rekor ini kami catat sebagai peserta terbanyak yang menyetorkan sampah anorganik secara serentak ke bank sampah,” jelasnya.
Ari menegaskan, kegiatan ini tak hanya memecahkan rekor nasional, tetapi juga dinyatakan sebagai rekor dunia oleh Ketua Umum MURI, Jaya Suprana.
“Kami sangat bangga, karena ide awal gerakan bank sampah ini memang berasal dari masyarakat Yogyakarta sendiri. Jadi wajar jika Kota Yogyakarta hari ini berhasil mencatatkan diri di rekor dunia,” tuturnya.

Penimbangan di salah satu bank sampah Kota Yogya
Ari berharap keberhasilan ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia untuk meniru semangat dan sistem pengelolaan sampah yang dijalankan masyarakat Kota Yogyakarta.
“Semoga tempat-tempat lain bisa belajar dari Kota Yogyakarta, bagaimana mengelola dan mengumpulkan sampah dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat,” pungkas Ari Andriani.


