Yogyakarta (14/6/2025)REDAKSI17.COM — Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menyambut dimulainya roadshow nasional film Nyanyi Sunyi Dalam Rantang karya sutradara Garin Nugroho. Kegiatan tersebut resmi dimulai dari Yogyakarta pada Jumat (13/6), dan menjadi tonggak penting kampanye pencegahan korupsi melalui pendekatan kebudayaan dan edukasi publik.
Yogyakarta dipilih sebagai kota pertama bukan tanpa alasan. Selain menjadi lokasi utama produksi dan melibatkan banyak aktor lokal, kota ini memiliki peran strategis dalam pembangunan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK). Sejarah panjangnya dalam penguatan nilai-nilai antikorupsi bahkan turut melahirkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Stranas PK.
Plh. Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Tri Saktiyana, menyatakan film ini merupakan sarana edukasi moral yang dikemas secara kreatif dan menyentuh. “Film ini adalah cara unik pendidikan moral Pancasila. Dikemas secara sinematik agar masyarakat tidak merasa diindoktrinasi. Justru melalui cerita, mereka diajak berpikir dan merasakan,” ujarnya usai pembukaan roadshow.
Pemda DIY menyambut baik inisiatif ini sebagai bagian dari komitmen jangka panjang dalam mendukung gerakan antikorupsi yang kolaboratif, partisipatif, dan berakar pada nilai-nilai budaya lokal. Melalui sinema, masyarakat diajak tidak hanya menonton, tetapi juga berpikir, bersikap, dan bertindak.
Film Nyanyi Sunyi Dalam Rantang diangkat dari empat kasus nyata. Melalui tokoh utama Puspa (diperankan Delia Dartyan), film ini menggambarkan pergulatan individu yang menjadi korban kolusi antara kekuasaan dan korporasi. Cerita mengangkat sisi kemanusiaan dari praktik korupsi yang kerap tak terlihat: menyangkut nyawa, tanah, dan keadilan.
Yogyakarta sendiri memiliki kontribusi penting dalam sejarah lahirnya Stranas PK. Pada masa awal pembentukan strategi tersebut, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyusun kajian yang menjadi dasar revisi kebijakan nasional, bekerja sama dengan Bappenas dan Kantor Staf Presiden.
Sutradara Garin Nugroho menyampaikan pemilihan Yogyakarta sebagai titik awal tidak hanya karena alasan teknis, tetapi juga karena kekuatan intelektual dan nilai-nilai budaya yang hidup di tengah masyarakat.
“Yogyakarta bukan hanya tempat syuting, tapi juga tempat berpikir. Spirit film ini berasal dari suara-suara yang sering tak terdengar. Kami ingin memulai perjalanan ini dari tempat di mana suara itu pertama kali mengemuka,” jelas Garin.
Sementara itu, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sekaligus Koordinator Tim Nasional Pencegahan Korupsi, Setyo Budianto, dalam pesannya menekankan korupsi bukan semata persoalan angka, tetapi juga soal keadilan dan keselamatan warga negara.
“Roadshow ini adalah bagian dari upaya membumikan semangat pencegahan korupsi hingga ke daerah-daerah. Karena keberpihakan hukum semestinya hadir bagi semua warga negara, tanpa kecuali,” tegasnya.
Setelah Yogyakarta, rangkaian pemutaran film akan dilanjutkan ke Jayapura (Papua), Pekanbaru (Riau), dan Balikpapan (Kalimantan Timur). Keempat kota ini menjadi wilayah prioritas dalam pelaksanaan Aksi Pencegahan Korupsi 2025–2026 yang dijalankan oleh lebih dari 100 instansi pemerintah di bawah koordinasi Stranas PK.
Penyelenggaraan roadshow ini didukung oleh berbagai mitra, termasuk GIZ melalui program Kerja Sama Indonesia–Jerman untuk Pencegahan Korupsi di Sektor Kehutanan (CPFS), serta Tempo Media Group. Kolaborasi ini menjadi wujud nyata diplomasi pembangunan yang memadukan seni, pendidikan, dan kebijakan publik dalam satu gerakan bersama.
Humas Pemda DIY