Jakarta,REDAKSI17.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan permohonan untuk melanjutkan dukungan militer Amerika Serikat dalam pidatonya pada dalam Washington, Senin (12/12/2023).
Dia memperingatkan bahwa kegagalan membantu negaranya mengalahkan invasi Rusia berarti memenuhi “impian” Kremlin untuk menghancurkan demokrasi di tempat dalam Eropa.
Saat berbicara dalam tempat depan para pejabat AS pada dalam Universitas Pertahanan Nasional, Zelensky mengatakan Ukraina berjuang bukan belaka sekali demi eksistensinya sendiri, namun juga untuk mempertahankan kebebasan yang mana yang terbuka di dalam dalam seluruh Eropa setelah runtuhnya Uni Soviet.
Dalam sebuah teguran kepada Partai Republik dalam Kongres yang tersebut menentang pendanaan AS untuk upaya perang Ukraina, Zelensky mengatakan para politisi tak ada boleh “mengkhianati tentara” – juga juga dia mengatakan berkurangnya bantuan AS disambut oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Jika ada orang yang digunakan terinspirasi oleh isu-isu yang tersebut belum terselesaikan pada Capitol Hill, itu hanyalah Putin kemudian juga kelompoknya yang dimaksud dimaksud sakit,” katanya, dilansir AFP. “Mereka melihat impian mereka menjadi kenyataan ketika dia melihat penundaan.”
“Anda dapat mengandalkan Ukraina kemudian kami juga berharap dapat mengandalkan Anda,” kata Zelensky. “Putin harus kalah.”
Adapun Zelensky terbang ke Washington setelah putaran diplomasi akhir pekan ini pada Argentina.
Dia dijadwalkan bertemu dengan Presiden Joe Biden serta para pemimpin Kongres dari kedua partai, termasuk Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Republik Mike Johnson, pada Selasa (13/12/2023).
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kunjungan itu terjadi pada “saat yang dimaksud kritis” lalu bahwa Biden akan menjelaskan bahwa dia “berdiri teguh” dalam upayanya untuk memberikan bantuan yang mana dibutuhkan Ukraina untuk memasok pasukannya lalu juga memperluas upaya untuk mengusir Ukraina. kembali pasukan Rusia.
Zelensky juga bertemu dengan para kepala Dana Moneter Internasional (IMF) kemudian juga Bank Dunia dalam upayanya untuk menopang perekonomian negaranya di area tempat tengah perang besar-besaran. IMF mengumumkan pencairan tahap baru senilai US$900 jt dalam pinjaman jangka panjang yang berkelanjutan.