Danurejan,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan langkah serius untuk menormalisasi Sungai Code, dengan membongkar seluruh keramba ikan dan membersihkan endapan tanah serta tumbuhan liar yang menghambat aliran air. Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menegaskan komitmen ini saat memimpin kerja bakti pembersihan Sungai Code di sekitar Jembatan Kleringan (Kewek), Minggu (19/10).
Menurut Hasto, berbagai aktivitas warga di sepanjang sungai menjadi tantangan utama dalam menjaga kebersihan Sungai Code. “Masih ada yang memelihara ayam, bebek, ikan, bahkan keramba beton. Kalau tidak segera dibersihkan, kesannya sungai boleh digunakan untuk semua aktivitas itu,” ujarnya.
Pemerintah Kota Yogyakarta, lanjutnya, melakukan pendekatan persuasif dalam penertiban ini. Langkah tersebut dilakukan bersama MPP, lurah, RT-RW, serta didukung oleh tim dari DPUPKP dan pasukan kebersihan.
“Alhamdulillah sekarang di pinggir sungai sudah tidak ada lagi kandang ayam. Seminggu lalu masih banyak, termasuk kandang burung, tapi sekarang sudah dibongkar dan kita mulai bongkar keramba,” jelasnya.
Pembongkaran keramba beton
Hasto menambahkan, sebanyak 15 keramba ikan juga akan dibongkar seluruhnya dalam waktu dekat. Sebagian sudah dibersihkan dan ikannya dipanen, kemudian minggu depan akan diturunkan alat berat untuk membersihkan sungai. “Kita ingin memastikan air sungai benar-benar jernih, bersih, dan mengalir lancar. Ingat, air Sungai Code harus Cling,” tegasnya.
Langkah normalisasi ini juga menjadi bagian dari antisipasi banjir jelang musim hujan. Ia berharap pembersihan dan normalisasi Sungai Code dapat berjalan lancar serta mendapat dukungan penuh dari masyarakat.
“Ketika ada keramba, kandang, atau sampah di sungai, aliran air bisa terhambat dan berisiko meluap. Maka sebelum masuk November–Desember, sungai harus bersih dulu. Menjaga sungai itu tanggung jawab kita bersama. Kalau penghambatnya dibersihkan, airnya akan mengalir jernih, dan lingkungan kita jadi lebih sehat,” pungkasnya.
Pembongkaran keramba dan pembersihan endapan di kawasan Sungai Code
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Yogyakarta, Umi Akhsanti menjelaskan, pekerjaan utama dalam kegiatan ini adalah pembersihan endapan dan hambatan di aliran sungai.
“Secara prinsip, yang utama kami lakukan adalah normalisasi aliran sungai. Karena disini sudah banyak endapan, baik lumpur, tanah, maupun tumbuhan liar yang membentuk semacam delta. Semua itu akan kita bersihkan, termasuk batu dan material yang menghambat aliran air,” ujarnya.
Ia menegaskan, kegiatan pembersihan tidak hanya menyasar keramba ikan yang ada di tengah sungai, tetapi juga seluruh material yang menumpuk di dasar sungai. “Tanah dan batu di tengah sungai akan kita geser ke tepi supaya aliran air kembali lancar,” tambahnya.
Terkait dengan pembongkaran keramba, pihaknya telah melakukan komunikasi dan kesepakatan dengan para pemilik.
“Untuk ikan yang sudah layak konsumsi, sudah waktunya panen, pemilik diperbolehkan memanen terlebih dahulu. Sedangkan ikan kecil atau bibit akan kita manfaatkan sebagai tebar benih di Sungai Code,” jelasnya.
Tebar benih ikan dari keramba
Umi membeberkan saat ini alat berat sudah bekerja di kawasan Tungkak. Setelah selesai, pekerjaan akan bergeser ke wilayah Kleringan.
“Sebenarnya rencana awal mau ke Kleringan, tapi masyarakat masih menunggu waktu panen. Jadi sambil menunggu mereka siap, kami kerjakan bagian selatan (Tungkak) dulu,” katanya.
Menurut Umi, kondisi Sungai Code menjadi prioritas karena endapannya paling banyak dan pemukimannya paling dekat dengan aliran sungai. “Dari tiga sungai besar di Kota Yogyakarta, Code paling padat aktivitasnya. Karena itu kami mulai dari sini, kemudian akan bergeser ke Sungai lainnya,” ujarnya.
Umi mengatakan bahwa pekerjaan normalisasi telah dilakukan bertahap sejak satu bulan lalu di wilayah Mergangsan, kemudian bergeser ke kawasan Tungkak dan akan dilanjutkan ke Kleringan (Kewek). Pihaknya menargetkan normalisasi Sungai Code selesai pada akhir November 2025. Namun, pekerjaan tersebut juga sangat bergantung pada kondisi cuaca.
“Kalau intensitas hujan sudah tinggi, alat berat tidak bisa turun ke sungai. Jadi selama belum hujan deras, kami optimalkan pekerjaan di sepanjang Sungai Code,” kata Umi.