Ilustrasi/Foto: Getty Images/urzine
Jakarta,REDAKSI17.COM – Harga emas berpeluang menguat hingga akhir tahun. Berdasarkan situs Logam Mulia Antam, harga emas pada Kamis (25/12) sebesar Rp 2.576.000 per gram atau turun Rp 14.000 dibanding hari sebelumnya.
Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan harga emas dunia hingga akhir tahun masih dapat bergerak hingga US$ 4.550 per troy ons. Sementara di domestik, harga emas bisa mencapai Rp 2.650.000 hingga Rp 2.700.000 per gram.
“Sampai akhir tahun bisa mengenai level Rp 2.650.000 sampai Rp 2.700.000-an. Itu di akhir tahun 2025,” kata Ibrahim dalam keterangannya.
Ia mengatakan ada beberapa sentimen yang mempengaruhi pergerakan harga emas dunia dan dalam negeri di antaranya geopolitik, perpolitikan Amerika Serikat (AS), kebijakan bank sentral AS, perang dagang, hingga supply dan demand.
“Geopolitik ya kemungkinan akan cukup menarik bagi pasar karena geopolitik sekarang sudah melebar, yang pertama Timur Tengah, yang kedua adalah Eropa, yang ketiga Amerika Latin, yang keempat itu adalah Laut Asia Timur,” ungkapnya.
Dari sisi perpolitikan AS, Ibrahim mengatakan tahun depan akan memanas menyusul pemecatan Gubernur The Fed Lisa Cook yang keputusan resminya akan diumumkan pengadilan federal pada awal kuartal 2026. Jaksa Agung Pengadilan Federal AS juga akan memutuskan tentang gugatan tarif impor.
“Artinya apa? Ini pun juga akan memanaskan situasi perpolitikan di Amerika. Karena Pak Trump sendiri sudah memberikan balasan terhadap Jaksa Agung, kalau seandainya perang dagang ini inkonstitusional, dibatalkan, ya Amerika akan kehilangan pendapatan negara sebesar US$ 2 triliun,” jelasnya.
Kemudian adanya perubahan struktural pengurus The Fed yang salah satunya akan diisi oleh seseorang yang dekat dengan Presiden AS, Donald Trump. Menurutnya, kondisi ini akan membuat kebijakan The Fed akan lebih lunak.
Dihubungi terpisah, Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin, menjelaskan pergerakan harga emas masih banyak dipengaruh sentiment pelonggaran moneter The Fed yang berlangsung tahun depan. Kondisi ini mendorong permintaan safe haven meningkat, seiring meningkatnya tensi geopolitik di Eropa Timur (Rusia-Ukraina) dan AS-Venezuela.
Nanang menilai, harga emas dunia secara tahunan telah menguat lebih dari 70% secara tahunan. Capaian ini menjadi kenaikan terbesar sejak tahun 1979. Kenaikan harga emas dunia juga mendorong fase baru emas domestik di atas Rp 2,5 juta per gram.
“Ekspektasi pemangkasan suku bunga AS membuat biaya memegang emas yang tidak berbunga menjadi lebih rendah dan menarik. Pelemahan dolar AS akibat sentimen dovish The Fed turut menopang emas. Selain karena faktor geopolitik, kekhawatiran fiskal, utang global, dan volatilitas pasar modal turut mendorong aliran ke emas,” ungkapnya kepada detikcom.
Nanang juga menyebut, bank sentral di wilayah emerging market juga terus menambah cadangan emas mereka untuk diversifikasi. Permintaan emas secara global bahkan meningkat 6% dibanding tahun sebelumnya berdasarkan data WGC. Ia pun memperkirakan harga emas masih dapat merangkak naik hingga akhir tahun nanti.
“Proyeksi Harga emas (XAUUSD/dunia) di akhir tahun menjadi level resisten kunci US$ 4.580, dengan target tertinggi. Emas Antam (domestik) diperkirakan bergerak dalam rentang Harga Rp 2.400.000 – Rp 2.550.000 per gram di akhir Desember 2025, tergantung nilai tukar dan sentimen pasar,” pungkasnya.
Meski begitu, pergerakan harga emas diyakini tidak akan banyak perubahan. Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai pergerakan harga emas akan terbatas mengingat tidak banyak aktivitas investor dan pengumuman data ekonomi di akhir tahun.
Lukman menilai, harga emas dunia dapat bertahan di kisaran level US$ 4.400 hingga US$ 4.500 per troy ons. Pergerakan harga emas hingga akhir tahun juga dapat bergerak tidak stabil mengingat rendahnya volume transaksi di akhir tahun.
“Tidak banyak aktifitas di akhir tahun, traders umumnya menikmati liburan, dan absennya data-data ekonomi penting, emas diperkirakan akan bertahan dalam kisaran US$ 4.400-US$ 4.500. Walau demikian emas bisa juga volatile oleh rendahnya volume transaksi,” ungkap Lukman.





