Home / Aneka / Bedug Sahur-Piknik Iftar, Ini 5 Tradisi Unik Ramadan Lintas Negara

Bedug Sahur-Piknik Iftar, Ini 5 Tradisi Unik Ramadan Lintas Negara

Bedug Sahur-Piknik Iftar, Ini 5 Tradisi Unik Ramadan Lintas Negara

Jakarta,REDAKSI17.COM – Menyambut bulan Ramadan, bulan penuh sukacita ada banyak tradisi unik yang mana hal tersebut dikerjakan dalam berbagai belahan dunia, mulai dari membangunkan sahur dengan bedug, menembak meriam, hingga menghias lentera pada tempat tiap rumah.

Tradisi yang digunakan mana sudah dilaksanakan berabad-abad lalu hal yang disebut menjadi bentuk semangat solidaritas antar umat Muslim.

Lantas apa cuma tradisi itu?

1. Tradisi Membangunkan Sahur

Tradisi memabangunkan sahur dengan bedug di tempat dalam IndonesiaFoto: Google Image
Tradisi memabangunkan sahur dengan bedug dalam area Indonesia

Tradisi pertama datang dari Indonesia dengan menabuh bedug sebagai tanda memulai waktu sahur selama bulan Ramadan. Bedug merupakan jenis drum yang tersebut digunakan terbuat dari kayu serta kulit binatang. Umumnya, bedug dipukul dengan stik kayu.

Pada bulan Ramadan, kegiatan menabuh bedug ini kerap dilaksanakan oleh beberapa jumlah agregat pemuda daerah atau masjid yang tersebut dimaksud bertugas sebagai penjaga waktu sahur. Biasanya, menabuh bedug ini juga dijalankan dengan berkeliling kampung atau desa agar segera bangun untuk menunaikan makan sahur sebelum waktu imsak.

Selain Indonesia, negara lain juga melakukan tradisi membangunkan sahur, bagaimanapun juga bukan dengan bedug. Seperti di tempat area Maroko, merek membangunkan rakyat untuk makan sahur dengan terompet, sementara itu di tempat area Yaman dengan cara mengetuk rumah tetangga.

2. Tradisi Menembakkan Meriam

Menembakkan meriam cukup terkenal menjadi tradisi yang dimaksud selalu dilaksanakan dalam area banyak negara di dalam area Timur Tengah, termasuk Lebanon. Akan tetapi, sempat menghilang pada 1983 setelah invasi yang mana digunakan menganggap meriam sebagai senjata.

Namun, tradisi ini berhasil dihidupkan kembali oleh Tentara Lebanon setelah perang yang hal tersebut kemudian masih berlanjut hingga saat ini. Menembakkan meriam merupakan tradisi yang diimplementasikan untuk menandai waktu menerbitkan puasa.

Dalam sejarahnya, menembakkan meriam yang tersebut mana dikenal juga sebagai midfa al iftar pertama kali diimplementasikan di dalam dalam Mesir sekitar tambahan tinggi dari 200 tahun lalu pada masa kepemimpinan Ottoman Khosh Qadam.

Pada waktu itu, Qadam tidak ada ada sengaja menemukannya lantaran melakukan uji coba meriam baru kala matahari terbenam. Suara yang digunakan mana terjadi setelah meriam dilemparkan kemudian menggema pada seluruh Kairo.

Hal hal yang akhirnya menimbulkan banyak warga mengira bahwa itu merupakan cara baru untuk menandakan akhir puasa. Banyak yang digunakan yang berterima kasih atas temuannya tersebut. Anak perempuan Qadam, Haja Fatma kemudian mendesaknya untuk menjadikan ini sebagai tradisi.

3. Bernyanyi Lagu Tradisional

Selanjutnya, ada tradisi unik selama bulan Ramadan yang tersebut mana dijalankan Komunitas Muslim Albania dalam Roma dengan bernyanyi bersama lagu-lagu tradisional.

Kegiatan bernyanyi hal itu digunakan untuk mengumumkan awal juga akhir puasa dengan lagu-lagu tradisional. Selama berabad-abad, komunitas Muslim Albania yang mana bernyanyi biasanya berbaris wara-wiri pada dalam jalan dengan memainkan lodra, sebuah gendang silinder berujung ganda yang mana yang dilapisi kulit domba atau kambing.

4. Piknik Iftar

Tradisi Piknik Iftar di tempat area Delhi, IndiaFoto: Google Image
Tradisi Piknik Iftar pada Delhi, India

Tradisi unik berikutnya datang dari kota Delhi dalam India dengan melakukan piknik Iftar. Menariknya di dalam area wilayah ini kebiasaan adat Islam lalu Hindu saling menyatu. Oleh sebab itu, piknik iftar dikerjakan selama bulan Ramadhan tak hanya sekali sekali dikerjakan umat Muslim, tetapi juga yang dimaksud beragama lain.

Piknik iftar biasanya dikerjakan di dalam dalam jalan setelah maghrib, adapula yang melakukannya di area area teras masjid. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk berbuka puasa bersama-sama.

Tak semata-mata pada dalam India, sebenarnya berbuka puasa bersama pada masa pada masa pada saat ini sering dilaksanakan bersama kemudian menjadi momen saling silaturahmi, baik dengan keluarga, rekan kerja, reuni sekolah, kemudian lainnya.

5. Menghias Jalan dengan Lentera

Setiap tahun biasanya rakyat pada Mesit akan menyambut bulan suci Ramadhan dengan menyalakan fanous atau lentera warna-warni yang dimaksud melambangkan kegembiraan lalu persatuan.

Meskipun ini lebih tinggi banyak bersifat budaya daripada agama, namun menyalakan fanous erat kaitannya dengan Ramadhan yang digunakan mana mempunyai makna spiritual.

Menelisik sejarahnya, tradisi ini diyakini berawal pada zaman dinasti Fatimiyah ketika rakyat Mesir menyambut kedatangan Khilafah Al-Mu’izz li-Din Allah di dalam area Kairo pada hari pertama Ramadhan.

Untuk memberikan jalan yang dimaksud terang bagi sang imam, para pejabat militer mengajukan permohonan penduduk setempat untuk membawa lilin dalam jalan yang digunakan dimaksud gelap, di dalam area bingkai kayu agar aman dari kebakaran.

Seiring berjalan-nya waktu, bingkai kayu yang dimaksud disebut berubah menjadi lentera berpola lalu sekarang ini menjadi tradisi yang digunakan dipamerkan di area dalam seluruh negeri, menyinari bulan suci Ramadhan.

Seiring perkembangan zaman, fanous sering diintegrasikan dengan tradisi lokal lainnya. Kemudian, pada area masa modern saat ini lentera berbentuk lampu-lampu hias menarik dengan aksen Ramadhan sering pula dalam temui di tempat area bahu jalan, sarana publik, hingga mal-mal di dalam tempat berbagai negara.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *